1. Denjaka
Denjaka merupakan kepanjangan dari Detasemen Jala Mangkara. Denjaka adalah pasukan elite di bawah garis komando Marinir TNI AL yang mempunyai tugas khusus menangani penanggulangan teror aspek laut. Untuk bisa terpilih menjadi pasukan Denjaka, mereka harus menjalani pelatihan yang sangat berat. Setiap tahunnya hanya ada 50 orang yang lulus untuk menjadi pasukan Denjaka.
Pelatihan keras menjadi prajurit Denjaka diawali dari Kawah Candradimuka, Situbondo-Jawa Timur. Pasukan Denjaka ini sempat diperkuat hanya belasan prajurit saja. Hal ini karena latihan untuk menjadi pasukan elite ini memang sangat berat. Mereka yang tak lulus dikembalikan kepada kesatuannya masing-masing.
Selain harus memiliki fisik yang prima, calon prajurit Denjaka juga harus memiliki kecerdasan yang tinggi. Hal ini mutlak harus dimiliki karena pasukan elite TNI AL ini sering ditugaskan menyusup di daerah operasi, baik secara individu maupun kelompok.
Materi teori pelatihan Denjaka hanya sekitar 20 %, sisanya adalah praktek lapangan, baik di hutan, laut dan udara. Setiap tugas yang diberikan, harus bisa dilaksanakan dan diselesaikan secara sempurna, tidak ada kata gagal dalam hal ini.
Dari semua prosesi latihan pasukan Denjaka, latihan di Banyuwangi merupakan latihan terberat. Di Banyuwangi ini, masing-masing prajurit diikat kaki dan tangannya dan kemudian dibuang ke dalam laut. Dengan kondisi seperti itu, mereka diminta bertahan hidup dan meloloskan diri.
Kemudian, saat berlatih di hutan, mereka tak diperbolehkan membawa perbekalan apapun, termasuk minum. Selama tiga hari tiga malam, para prajurit tidur di tengah hutan rimba, malah terkadang lebih dari itu.
Selain harus memiliki fisik yang prima, calon prajurit Denjaka juga harus memiliki kecerdasan yang tinggi. Hal ini mutlak harus dimiliki karena pasukan elite TNI AL ini sering ditugaskan menyusup di daerah operasi, baik secara individu maupun kelompok.
Materi teori pelatihan Denjaka hanya sekitar 20 %, sisanya adalah praktek lapangan, baik di hutan, laut dan udara. Setiap tugas yang diberikan, harus bisa dilaksanakan dan diselesaikan secara sempurna, tidak ada kata gagal dalam hal ini.
Dari semua prosesi latihan pasukan Denjaka, latihan di Banyuwangi merupakan latihan terberat. Di Banyuwangi ini, masing-masing prajurit diikat kaki dan tangannya dan kemudian dibuang ke dalam laut. Dengan kondisi seperti itu, mereka diminta bertahan hidup dan meloloskan diri.
Kemudian, saat berlatih di hutan, mereka tak diperbolehkan membawa perbekalan apapun, termasuk minum. Selama tiga hari tiga malam, para prajurit tidur di tengah hutan rimba, malah terkadang lebih dari itu.
Setelah para calon prajurit Denjaka ini berhasil menempuh semua materi pendidikan, baik fisik dan mental. mereka berhak memakai baret ungu kebanggaan pasukan Denjaka.Lama pendidikan ini adalah 9 bulan. Intinya DENJAKA memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan dimana saja terutama anti teror aspek laut. Dalam segi tingkat kemampuan 1 orang DENJAKA sama dengan 120 orang.
2. Batalyon Raiders TNI AD
Pembentukan Batalyon Raiders TNIA AD ini merupakan ide Kepala Staf TNI AD kala itu, Jenderal Ryamizard Ryacudu. Jenderal Ryamizard Ryacudu ingin membentuk pasukan elite di seluruh Komando Daerah Militer (Kodam).
Kemudian Jenderal Ryamizard Ryacudu meningkatkan kualifikasi 10 pasukan infanteri reguler menjadi Raiders. Sebagian personel Raiders dilatih kemampuan antiteror di Pusdik Passus milik Kopassus. Batalyon Raiders TNI AD diresmikan Jenderal Ryamizard Ryacudu pada tanggal 22 Desember 2003.
Batalyon Raiders ini memiliki kemampuan yang setara dengan tiga kali pasukan infanteri biasa. Batalyon Raiders memiliki kemampuan sebagai pasukan anti teroris untuk pertempuran jarak dekat, lawan gerilya dengan mobilitas tinggi dan melakukan pertempuran-pertempuran berlanjut. Mereka juga dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobilisasi udara (mobud), seperti terjun dari helikopter.
3. Tontaipur (Pleton Intai Tempur)
Pleton Intai Tempur atau disingkat Tontainpur merupakan pasukan elite yang berada di bawah Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat). Tak sembarang prajurit bisa menjadi bagian dari pasukan elite Tontaipur ini.
Agar dapat bergabung menjadi pasukan Tontaipur, dibutuhkan kualifikasi prajurit yang sangat tinggi. Para calon pasukan Tontaipur wajib melalui pelatihan berat yang berlangsung selama 7 bulan. Dengan kualifikasi yang tinggi tersebut, hanya 500 prajurit saja yang dinyatakan lulus, sehingga jumlah pasukan elite Tontaipur ini tak terlalu besar.
4. Yon Taifib (Batalyon Infai Amfibi)
Seperti halnya Denjaka, Yon Taifib merupakan satuan elite Korps Marinir TNI AL. Sebelumnya pasukan ini dikenal dengan nama Komando Intai Para Amfibi (Kipam). Untuk bisa menjadi bagian dari Yon Taifib tentu harus memenuhi semua kualifikasi yang tak ringan.
Setiap prajurit calon Yon Taifib harus memenuhi syarat fisik, mental, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal 2 tahun. Setelah lulus seleksi awal, latihan permulaan yang dilakukan adalah berenang sejauh 3 km dengan kondisi tangan dan kaki terikat.
Meski berasal dari Marinir TNI AL, sebagai pasukan elite, mereka tetap mendapatkan pelatihan dalam tiga matra, yakni darat, laut, udara dan bawah air. Kesemua latihan dijalani selama 9 bulan di 8 Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran).
Meski berasal dari Marinir TNI AL, sebagai pasukan elite, mereka tetap mendapatkan pelatihan dalam tiga matra, yakni darat, laut, udara dan bawah air. Kesemua latihan dijalani selama 9 bulan di 8 Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran).
Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan YONTAIFIB, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 6 km di Selat Madura. Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk kedalam Detasemen Jala Mengkara (DENJAKA), pasukan elitnya TNI Angkatan Laut. Dalam segi tingkat kemampuan 1 orang YONTAIFIB sama dengan 24 orang TNI..
5. Sat Bravo 90 (Satuan Bravo 90)
Sat Bravo 90 merupakan pasukan elite TNI AU yang dibentuk tahun 1990 di Markas Korps Pasukan Khas TNI AU, Margahayu Bandung. Karena masih satu lingkungan dengan TNI AU, Pasukan ini memiliki tugas spesial sebagai antiteror udara.
Sat Bravo 90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut. Mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut tempur, pertempuran jarak dekat dan antiteror.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar